Gadis, Si Gadis Malang

Saat ini Gadis termenung bersama angin jendela yang sedikit mempermainkan rambutnya. Perempuan yang baru berumur 16 tahun itu menerawang kedalam lamunannya. Dunia yang penuh dengan fatamorgana. Tiga tahun silam menjadi gadis yang hanya bisa menunggu dan menunggu. Mungkin kalau kesempatan itu datang, ia akan berlari dan menyambutnya dengan bahagia. Nyatanya, tak satupun kesempatan yang datang. Ia semakin tak ingin menjemput kesempatan itu.

Tapi sayangnya, memori tiga tahun silam tak dapat dengan mudah dilepasnya.
Perasaan terdalam lebih dari seorang teman, masih saja menghantui malamnya. Bahkan kalau disebut seorang teman sangat salah. Karena dipastikan Gadis dapat menghitung berapa kali ia berbicara dengan orang tersebut selama tiga tahun. Meski Gadis dan orang tersebut belajar ditempat yang sama dan diruang yang sama. Lidah rasanya kelu, mata rasanya malu, dan tubuh rasanya kaku walau untuk menatap orang tersebut.

Gadis semakin sedih, karena ia pikir selama ini gerak-gerik orang tersebut hanya sebagai ungkapan iba. Gerak-gerik saat mata nya bertemu mata Gadis, gerak jalan nya yang sedikit canggung, kejadian-kejadian saat mereka tak sengaja dapat dipertemukan, nama mereka yang saling terpaut, dan juga senyumannya untuk Gadis. Dari segi seorang perempuan yang mendamba laki-laki, bukankah itu semua harapan. Harapan untuk satu kata yaitu cinta. Ia tak tahu, apa makna cinta sendiri. Tapi Gadis yakin kalau perasaan yang membuat jantungnya berdebar tinggi, aliran darahnya mengencang, serta air matanya yang tak mau berhenti, itu adalah cinta.

Mungkin saja orang tersebut tak memiliki perasaan sama dengan perasaan Gadis. Karena orang tersebut kini telah menemukan sang pendamping. Cantik tak seperti Gadis, kaya tak sekaya Gadis, dan begitu beruntung tak seberuntungnya. Sewaktu Gadis melihat si pendamping, menurutnya ia bukanlah terbaik untuk orang tersebut. Namun apa daya, ia juga tak berhak mengatur pilihan orang tersebut. Toh, kalaupun orang tersebut memilih si pendamping berarti orang tersebut juga mencintainya.



To be continued...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel Evermore by Cecillia Wang

Ada Apa dengan Episode 14 Drama The K2 ?